1. Manajemen menurut James AF
Stoner ialah bahwa manajemen adalah suatu proses perncanaan,
pengorganisasian,mengamati dan juga bekerja sama terhadap seluruh anggota
organisasi dengan
menggunakan seluruh sumber daya yg tersedia dengan organisasi
yg lain untuk mencapai tujuan yg
diharapkan.
menurut peter drucker manajemen
merupakan organ multi-tujuan yang mengelola
bisnis dan mengelola manajer dan mengelola pekerja dan bekerja.
2.
Fungsi
Manajemen:
Perencanaan
(planning)
Merupakan kegiatan yang berkaitan
dengan pemilihan alternatif-alternatif, kebijaksanaan-kebijaksanaan,
prosedur-prosedur, dan program-program sebagai bentuk usaha untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai.
4 (empat) tingkat kemampuan dasar
dalam kegiatan perencanaan:
· Insight: kemampuan untuk menghimpun fakta
dengan jalan mengadakan penyelidikan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang direncanakan.
· Forsight: kemampuan untuk memproyeksikan atau
menggambarkan jalan atau cara-cara yang akan ditempuh, memperkirakan
keadaan-keadaan yang mungkin timbul sebagai akibat dari kegiatan yang
dilakukan.
· Studi eksploratif: kemampuan untuk melihat
segala sesuau secara keseluruhan, sehingga diperoleh gambaran secara integral
dari kondisi yang ada.
· Doorsight: kemampuan untuk mengetahui segala
cara yang dapat menyamarkan pandangan, sehingga memungkinkan untuk dapat
mengambil keputusan.
Planning jangka
panjang memiliki 2 karakteristik utama, yaitu:
· Tujuan dan sasaran: merupakan dasar bagi
strategi perusahaan
· Peramalan (forecasting) jangka panjang:
langkah awal sebelum membuat perencanaan
Pengorganisasian (organizing)
Merupakan suatu tindakan atau kegiatan
menggabungkan seluruh potensi yang ada dari seluruh bagian dalam suatu kelompok
orang atau badan atau organisasi untuk bekerja secara bersama-sama guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama, baik untuk tujuan pribadi atau
tujuan kelompok dan organisasi.
Dalam pengorganisasian dikenal istilah
KISS (koordinasi, integrasi, simplifikasi, dan sinkronisasi) dalam rangka menciptakan
keharmonisan dalam kegiatan organisasi.
Pelaksanaan atau penerapan (actuating)
Merupakan implementasi dari
perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen yang berada dalam
satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja secara bersama-sama sesuai
dengan bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan.
Pengawasan (controlling)
Merupakan pengendalian semua kegiatan
dari proses perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan, apakah semua
kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan efisien serta
bernilai guna dan berhasil guna.
Di
bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing fungsi
manajemen - POLC :
1. Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.
2. Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
3. Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
4. Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
1. Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.
2. Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
3. Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
4. Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.
3.
Fungsi manajemen menurut Henry Fayol
1) Planning = Perencanaan tujuan perusahaan dan bagaimana strategi
untuk mencapai tujuan tersebut dengan sumber daya yang tersedia. Perencanaan
terbagi menjadi perencanaan strategi dan perencanaan operasional.
2)Organizing = Pengorganisasian atau singkronisasi sumber daya
manusia, sumber daya alam, sumber daya fisik, dan sumber daya modal dalam
rangka mencapai tujuan perusahaan
3)Commanding = Fungsi commanding sama dengan mengarahkan
(actuating). Commanding dilakukan dengan memberikan arahan kepada karyawan agar
dapat menunaikan tugas mereka masing-masing. Selain itu, commanding dilakukan
agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai pada tujuan yang telah
ditetapkan semula.
4) Coordinating = Coordinating adalah salah satu fungsi manajemen
untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan
kegiatan, dengan jalan menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan
pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam
usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi.
5. Controlling = Controlling atau pengendalian atau pengawasan
adalah suatu kegiatan untuk memantau, membuktikan, dan memastikan seluruh
kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, diperintahkan, dan
dikondisikan sebelumnya dapat berjalan sesuai target atau tujuan tertentu.
4.
informational
(managing by information) (Manajemen dengan informasi), ada 3 peran, yaitu :
A.
Monitor
(Pegawasan) , maksudnya adalah : Tugas meliputi operasi internal menilai,
keberhasilan departemen dan masalah dan peluang yang mungkin timbul. Semua
informasi yang diperoleh dalam kapasitas ini harus disimpan dan dipelihara.
Misalnya : Mencari dan memperoleh pekerjaan yang berhubungan dengan informasi,
membaca berita perdagangan, majalah, laporan, menghadiri seminar dan pelatihan,
serta menjaga kontak relasi.
B.
Disseminator (
Penyebar Informasi ).
Menyoroti faktual atau nilai pandangan eksternal berbasis ke dalam organisasi dan bawahan. Hal ini membutuhkan baik penyaringan dan keterampilan delegasi. Misalnya : Berkomunikasi / menyebarkan informasi kepada orang lain dalam organisasi, mengirim memo dan laporan; menginformasikan staf dan bawahan dari keputusan.
Menyoroti faktual atau nilai pandangan eksternal berbasis ke dalam organisasi dan bawahan. Hal ini membutuhkan baik penyaringan dan keterampilan delegasi. Misalnya : Berkomunikasi / menyebarkan informasi kepada orang lain dalam organisasi, mengirim memo dan laporan; menginformasikan staf dan bawahan dari keputusan.
C.
Spokesperson
( Juru Bicara )
Berfungsi dalam kapasitas PR dengan
menginformasikan dan melobi orang lain untuk menjaga stakeholder
kunci diperbarui mengenai operasi organisasi. Misalnya : Berkomunikasi /
mengirimkan informasi ke luar
Menyampaikan memo, laporan dan bahan informasi; berpartisipasi dalam
konferensi / pertemuan dan laporan kemajuan.
Menyampaikan memo, laporan dan bahan informasi; berpartisipasi dalam
konferensi / pertemuan dan laporan kemajuan.
interpersonal (managing through
people) ( manajemen melalui orang lain)
ada 3 peran yaitu :
A.
Figurehead
( Tokoh sebagai Simbol pemimpin perusahaan )
adalah
orang yang memiliki peranan penting dalam kantor, tetapi secara de facto
tidak sedikit kekuatan sebenarnya, paling sering dibatasi oleh Konvensi, bukan
hukum. Semua inspirasi,
sosial, kewajiban hukum dan seremonial. Dalam hal ini, manajer dipandang
sebagai simbol status dan otoritas suatu perusahaan.Misalnya: melaksanakan
tugas-tugas sosial dan hukum, bertindak sebagai pemimpin simbolis dengan
menyapa pengunjung, menandatangani dokumen hukum, menghadiri upacara pemotongan
pita, tuan rumah resepsi, dan lain-lain.
B.
Leader
Tugas adalah jantung
dari hubungan mencakup penataan dan memotivasi bawahan, mengawasi kemajuan
mereka, mempromosikan dan mendorong perkembangan mereka, dan menyeimbangkan
efektivitas.
C.
Liaison (
Penghubung atau Duta Perwakilan )
Membangun dan
memelihara kontak dalam dan di luar organisasi,Bisnis korespondensi,
partisipasi dalam pertemuan dengan perwakilan dari divisi lain atau
organisasi.Menjelaskan kewajiban informasi dan komunikasi manajer. Satu harus
berjejaring dan terlibat dalam pertukaran informasi untuk mendapatkan akses ke
basis pengetahuan.
decisional (managing through
action) ( manajamen dengan tindakan nyata) ada 4 peran yaitu :
A.
Entrepreneur ( Berjiwa Pengusaha )
Mengidentifikasi ide-ide baru dan memulai proyek perbaikan dengan menerapkan inovasi dalam rencana untuk masa depan. Misalnya : mendorong para rekan manajer untuk membuat proyek-proyek perbaikan dan bekerja untuk mendelegasikan, memberdayakan dan mengawasi tim dalam proses pembangunan
Mengidentifikasi ide-ide baru dan memulai proyek perbaikan dengan menerapkan inovasi dalam rencana untuk masa depan. Misalnya : mendorong para rekan manajer untuk membuat proyek-proyek perbaikan dan bekerja untuk mendelegasikan, memberdayakan dan mengawasi tim dalam proses pembangunan
B.
Disturbance
Handler ( Pemecahan Masalah )
Berkaitan dengan
mengatasi situasi krisis, seperti sengketa atau masalah dan mengambil
tindakan korektif, menyelesaikan konflik antara bawahan, dengan mencari jalan
keluar alternative yang strategis.
C.
Resource
Allocation ( Alokasi sumber daya )
Memiliki
kewenangan dalam mengendalikan penggunaan sumber daya organisasi.Misalnya
: Menjelaskan tanggung jawab mengalokasikan dan mengawasi keuangan, material
dan sumber daya personel. Menentukan di mana untuk menerapkan sumber daya draft
dan persetujuan rencana, jadwal, anggaran, prioritas Set
D.
Negotiator (
Negosiasi )
Berpartisipasi
dalam kegiatan negosiasi dengan organisasi lain dan individu. Misalnya :
membela kepentingan bisnis, berpartisipasi dalam dan mengarahkan negosiasi
dalam tim, departemen, dan organisasi.
http://chandrasuhardiman.blog.binusian.org/2012/11/22/mintzberg-para-manajer-memiliki-sepuluh-peran/
5.
TEORI ORGANISASI KLASIK HENRY FAYOL (1841-1925)
Teori organisasi klasik mengklasifikasikan tugas
manajemen yang terdiri atas :
1. Technical ; kegiatan memproduksi produk dan mengorganisirnya.
2. Commercial ; kegiatan membeli bahan dan menjual produk.
3. Financial ; kegiatan pembelanjaan.
4. Security ; kegiatan menjaga keamanan.
5. Accountancy ; kegiatan akuntansi
6. Managerial ; melaksanakan fungsi manajemen, yang terdiri atas :
- Planning ; kegiatan perencanaan
- Organizing ; kegiatan mengorganisasikan
- Coordinating ; kegiatan pengkoordinasian
- Commanding ; kegiatan pengarahan
- Controlling ; kegiatan pengawasan
AZAS-AZAS UMUM HENRY FAYOL (1841-1925)
- Pembagian kerja
- Asas wewenang dan tanggungjawab
- Disiplin
- Kesatuan perintah
- Kesatuan arah
- Asas kepentingan umum
- Pemberian janji yang wajar
- Pemusatan wewenang
- Rantai berkala
- Asas keteraturan
- Asas keadilan
- Kestabilan masa jabatan
- Inisiatif
- Asas kesatuan
1. Technical ; kegiatan memproduksi produk dan mengorganisirnya.
2. Commercial ; kegiatan membeli bahan dan menjual produk.
3. Financial ; kegiatan pembelanjaan.
4. Security ; kegiatan menjaga keamanan.
5. Accountancy ; kegiatan akuntansi
6. Managerial ; melaksanakan fungsi manajemen, yang terdiri atas :
- Planning ; kegiatan perencanaan
- Organizing ; kegiatan mengorganisasikan
- Coordinating ; kegiatan pengkoordinasian
- Commanding ; kegiatan pengarahan
- Controlling ; kegiatan pengawasan
AZAS-AZAS UMUM HENRY FAYOL (1841-1925)
- Pembagian kerja
- Asas wewenang dan tanggungjawab
- Disiplin
- Kesatuan perintah
- Kesatuan arah
- Asas kepentingan umum
- Pemberian janji yang wajar
- Pemusatan wewenang
- Rantai berkala
- Asas keteraturan
- Asas keadilan
- Kestabilan masa jabatan
- Inisiatif
- Asas kesatuan
Max
Weber adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi. Menurut Weber (1948),
organisasi birokrasi yang ideal menyertakan delapan karakteristik struktural.
Pertama,
aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang distandarkan dan arah
tindakan anggota organisasi dalam pencapaian tugas organisasi. Weber
menggambarkan pengembangan rangkaian kaidah dan panduan spesifik untuk
merencanakan tugas dan aktivitas organisasi.
Kedua,
spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang kepada divisi pekerja
untuk menyederhanakan aktivitas pekerja dalam menyelesaikan tugas yang rumit.
Dengan memecah tugas-tugas yang rumit ke dalam aktivitas khusus tersebut, maka
produktivitas pekerja dapat ditingkatkan.
Ketiga,
hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran kekuasaan anggota
organisasi didasarkan pada keahlian pemegang jabatan secara individu, membantu
mengarahkan hubungan intra personal di antara anggota organisasi guna
menyelesaikan tugas-tugas organisasi.
Keempat,
pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik yang mereka
miliki dan kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.
Para manajer harus mengevaluasi persyaratan pelamar kerja secara logis, dan
individu yang berkualitas dapat diberikan kesempatan untuk melakukan tugasnya
demi perusahaan.
Kelima,
mampu tukar personil dalam peran organisasi yang bertanggung jawab memungkinkan
aktivitas organisasi dapat diselesaikan oleh individu yang
berbeda. Mampu tukar ini menekankan pentingnya tugas organisasi yang
relatif untuk dibandingkan dengan anggota organisasi tertentu yang melaksanakan
tugasnya-tugasnya.
Keenam,
impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra personil di antara
anggota organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas organisasi.
Menurut prinsipnya, anggota organisasi harus berkonsentrasi pada tujuan
organisasi dan mengutamakan tujuan dan kebutuhan sendiri. Sekali lagi, ini
menekankan prioritas yang tinggi dari tugas-tugas organisasi di dalam
perbandingannya dengan prioritas yang rendah dari anggota organisasi individu.
Ketujuh,
uraian tugas yang terperinci harus diberikan kepada semua anggota organisasi
sebagai garis besar tugas formal dan tanggung jawab kerjanya. Pekerja harus
mempunyai pemahaman yang jelas tentang keinginan perusahaan dari kinerja yang
mereka lakukan.
Kedelapan,
rasionalitas dan predictability dalam aktivitas organisasi dan pencapaian
tujuan organisasi membantu meningkatkan stabilitas perusahaan. Menurut prinsip
dasarnya, organisasi harus dijalankan dengan kaidah dan panduan pemangkasan
yang logis dan bisa diprediksikan.
Birokrasi
menurut max weber :
Weber
juga menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin
(superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem
birokrasi menekankan pada aspek “disiplin.” Sebab itu, Weber juga memasukkan
birokrasi sebagai sistem legal-rasional. Legal oleh sebab tunduk pada
aturan-aturan tertulis dan dapat disimak oleh siapa pun juga. Rasional artinya
dapat dipahami, dipelajari, dan jelas penjelasan sebab-akibatnya.
KELEBIHAN
SISTEM BIROKRASI MAX WEBER:
Ada
Aturan, Norma, dan Prosedur untuk Mengatur Organisasi Dalam model teori
birokrasi Max Weber, ditekankan mengenai pentingnya peraturan. Weber percaya
bahwa peraturan seharusnya diterapkan secara rasional dan harusnya ada
peraturan untuk segala hal dalam organisasi. Tentunya, peraturan-peraturan itu
tertulis. Dengan demikian, organisasi akan mempunyai pedoman dalam menjalankan
tugas-tugasnya
KEKURANGAN
SISTEM BIROKRASI MAX WEBER:
Hierarki
Otoritas Yang Formal Malahan Cenderung Kaku Karena sistem hierarki perusahaan,
maka bawahan akan segan menyapa atasannya kalau tidak benar-benar perlu.Hal ini
menciptakan suasana formal yang malah cenderung kaku dalam organisasi.
birokrasi
sebagai wewenang atau kekuasaan yang berbagai departemen pemerintah dan
cabang-cabangnya memeperebutkan diri untuk mereka sendiri atas sesama warga
negara. Kamus teknik bahasa Italia terbit 1823 mengartikan birokrasi sebagai
kekuasaan pejabat di dalam administrasi pemerintahan.
Birokrasi
berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah suatu sistem
kontrol dalam organisasi yang dirancang berdasarkan aturan-aturan yang rasional
dan sistematis, dan bertujuan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan
aktivitas-aktivitas kerja individu dalam rangka penyelesaian tugas-tugas
administrasi berskala besar (disarikan dari Blau & Meyer, 1971; Coser &
Rosenberg, 1976; Mouzelis, dalam Setiwan,1998).
Sementara
itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, birokrasi didefinisikan sebagai :
·
Sistem
pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang
pada hirarki dan jenjang jabatan
·
Cara bekerja atau
susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan
sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya.
Definisi
birokrasi ini mengalami revisi, dimana birokrasi selanjutnya didefinisikan
sebagai
·
Sistem
pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih oleh
rakyat,
·
Cara pemerintahan
yang sangat dikuasai oleh pegawai.
Mary Parker
Follett
Follett
menjembatani antara teori klasik dan hubungan manusiawi, dimana pemikiran
Follett pada teori klasik tapi memperkenalkan unsur-unsur hubungan manusiawi.
Dia menerapkan psikologi dalam perusahaan, industri dan pemerintahan. Konflik
yang terjadi dalam perusahaan dapat dibuat konstruktif dengan menggunakan
proses integrasi.
6.
Inti pemikiran politik Machiavelli adalah
kekuasaan, bagaimana kekuasaan ini diraih dan dipertahankan. Sumber kekuasaan bagi
Machiavelli adalah
negara, oleh karena itu negara dalam pandangannya memiliki kedaulatan dan
kedudukan tertinggi. Namun pemikirannya mengenai bentuk negara ini bukanlah
negara demokrasi seperti yang sedang menjadi kecenderungan sekarang ini. Yang
menjadi perhatian Machiavelli tentang bentuk negara ini adalah, kekuasaan
despotik, kolonial, dan aneksasi. Pemikiran ini tampaknya sudah tidak bisa
dipakai karena sangat bertentangan dengan demokrasi dan kesamaan derajat antara
bangsa-bangsa. Selain itu, sebagian pemikirannya tampak diwarnai ide kekerasan,
kelicikan, dan egoisme dalam rangka meraih dan mempertahankan kekuasaan. Namun
apakah seluruh pemikirannya sudah tidak sesuai zaman dan tidak terpakai lagi.
Apakah sebenarnya masih ada, paling tidak unsur-unsur pemikirannya yang masih
bisa diterapkan dalam praktek negara demokrasi.
Sebenarnya tidak seluruh pemikiran Machiavelli tidak
terpakai lagi. Banyak unsur-unsur pemikirannya yang bisa diterapkan dalam
praktek negara demokrasi. Tentu saja ajaran-ajarannya tentang kekerasan seperti
menumpas habis seluruh keluarga penguasa lama, bertindak jahat jika diperlukan,
sudah tidak bisa dipraktekan lagi. Namun ajaran-ajaran lainnya dalam hal
strategi untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan, sejauh masih dalam koridor
peraturan perundangan yang berlaku, tentu saja masih layak untuk dipraktekkan.
Meraih Kekuasaan
Kekuasaan menurut Machiavelli merupakan alat yang mengabdi pada kepentingan negara. Kekuasaan, dalam hal ini kekuasaan militer, juga merupakan dasar negara yang utama, bahkan melampaui hukum. Oleh karena itu, ajaran Machiavelli dinamakan ajaran tentang “kepentingan Negara” (staatraison). Jadi, negara adalah tujuan akhir dari kekuasaan. Bahkan demi tujuan akhir tersebut, Machiavelli mengabaikan tujuan-tujuan lainnya, seperti keadilan, kebebasan, dan kebaikan bagi warga negara. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan etika kekuasaan di negara demokrasi dimana rakyat adalah tema sentral dari kekuasaan.
Namun ada unsur pemikiran Machiavelli yang masih relevan dengan konteks negara demokrasi, yaitu, dalam hal bagaimana meraih kekuasaan. Seseorang dapat meraih kekuasaan, menurut Machiavelli apabila dalam dirinya terdapat dua hal, yaitu, keberuntungan (fortuna) dan kecerdikan (virtu). Keberuntungan menentukan separuh dari dapat diraihnya kekuasaan, separuh lainnya, atau hampir sebanyak itu, ditentukan oleh kecerdikan individu tersebut. Digambarkan olehnya bahwa manusia harus mempersiapkan diri dengan virtunya agar ketika “banjir” keberuntungan itu datang, dia telah siap untuk menghadapinya dan menggunakan keberuntungan tersebut sebaik-baiknya demi meraih kekuasaan.
Ada kecenderungan bahwa orang yang kekuasaannya lebih didasarkan pada kecerdikan, lebih kuat kedudukannya. Semakin orang tidak mengandalkan keberuntungan, akan semakin kuat kedudukannya. Sebaliknya, orang yang meraih kekuasaan lebih karena keberuntungan sehingga didapatkannya tanpa usaha keras, akan mengalami kesulitan besar dalam usahanya mempertahankan kekuasaan.
Mempertahankan Kekuasaan
Dalam era demokrasi pun banyak unsur pemikiran Machiavelli tentang mempertahankan kekuasaan yang layak untuk dipakai, namun tentunya dengan penyesuaian berupa penghalusan cara-cara tindakan. Misalnya, pemikirannya tentang seorang penguasa harus mengetahui bagaimana menggunakan sifat manusia dan sifat binatang, dan bahwa menggunakan salah satu tanpa yang lainnya tidak akan dapat bertahan. Kedua sifat ini memang harus dimiliki penguasa. Dalam hal sifat binatang, Machiavelli mengatakan bahwa seorang penguasa harus menjadi rubah agar mengenal perangkap-perangkap dan menjadi singa untuk menghalau serigala-serigala. Jelas sifat ini perlu dimiliki penguasa sebab dalam politik di era demokrasi ini terdapat banyak perangkap-perangkap dan ancaman-ancaman dari lawan-lawan politik. Sifat binatang ini hanya dipakai apabila terdapat ancaman bagi kelangsungan kekuasaan, diluar kondisi itu, penguasa sepatutnya kembali bersifat manusia. Untuk menghindari datangnya perangkap dan ancaman, dapat diantisipasi dengan beberapa cara, misalnya, tidak menambah kekuasaan seseorang (bawahan) yang sudah kuat, tidak memasukkan orang yang terlalu kuat ke dalam jajaran kabinet, kalau seandainya ada seseorang yang menjadi terlalu kuat di dalam kabinet sehingga berpotensi melampaui kekuasaannya, sebaiknya diberhentikan.
Pemikiran Machiavelli lainnya yang masih layak dipakai dalam praktek negara demokrasi adalah berupa nasehat-nasehat. Tentang hubungannya dengan militer, Machiavelli mengatakan bahwa seorang penguasa ideal ialah seorang penguasa yang harus sanggup menjadi panglima militer yang cakap dan trampil serta yang benar-benar dapat mengendalikan angkatan perang dengan baik. Penguasa dalam negara demokrasi adalah juga seorang panglima tertinggi dalam angkatan perang, maka penguasa harus bisa menunjukkan perannya dan bisa mengendalikan militer sebaik-baiknya. Selain itu, penguasa yang kuat adalah mereka yang mempunyai pasukan yang besar atau bisa menghimpun angkatan perang yang mampu menghadapi setiap ancaman kedaulatan negara.
Meraih Kekuasaan
Kekuasaan menurut Machiavelli merupakan alat yang mengabdi pada kepentingan negara. Kekuasaan, dalam hal ini kekuasaan militer, juga merupakan dasar negara yang utama, bahkan melampaui hukum. Oleh karena itu, ajaran Machiavelli dinamakan ajaran tentang “kepentingan Negara” (staatraison). Jadi, negara adalah tujuan akhir dari kekuasaan. Bahkan demi tujuan akhir tersebut, Machiavelli mengabaikan tujuan-tujuan lainnya, seperti keadilan, kebebasan, dan kebaikan bagi warga negara. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan etika kekuasaan di negara demokrasi dimana rakyat adalah tema sentral dari kekuasaan.
Namun ada unsur pemikiran Machiavelli yang masih relevan dengan konteks negara demokrasi, yaitu, dalam hal bagaimana meraih kekuasaan. Seseorang dapat meraih kekuasaan, menurut Machiavelli apabila dalam dirinya terdapat dua hal, yaitu, keberuntungan (fortuna) dan kecerdikan (virtu). Keberuntungan menentukan separuh dari dapat diraihnya kekuasaan, separuh lainnya, atau hampir sebanyak itu, ditentukan oleh kecerdikan individu tersebut. Digambarkan olehnya bahwa manusia harus mempersiapkan diri dengan virtunya agar ketika “banjir” keberuntungan itu datang, dia telah siap untuk menghadapinya dan menggunakan keberuntungan tersebut sebaik-baiknya demi meraih kekuasaan.
Ada kecenderungan bahwa orang yang kekuasaannya lebih didasarkan pada kecerdikan, lebih kuat kedudukannya. Semakin orang tidak mengandalkan keberuntungan, akan semakin kuat kedudukannya. Sebaliknya, orang yang meraih kekuasaan lebih karena keberuntungan sehingga didapatkannya tanpa usaha keras, akan mengalami kesulitan besar dalam usahanya mempertahankan kekuasaan.
Mempertahankan Kekuasaan
Dalam era demokrasi pun banyak unsur pemikiran Machiavelli tentang mempertahankan kekuasaan yang layak untuk dipakai, namun tentunya dengan penyesuaian berupa penghalusan cara-cara tindakan. Misalnya, pemikirannya tentang seorang penguasa harus mengetahui bagaimana menggunakan sifat manusia dan sifat binatang, dan bahwa menggunakan salah satu tanpa yang lainnya tidak akan dapat bertahan. Kedua sifat ini memang harus dimiliki penguasa. Dalam hal sifat binatang, Machiavelli mengatakan bahwa seorang penguasa harus menjadi rubah agar mengenal perangkap-perangkap dan menjadi singa untuk menghalau serigala-serigala. Jelas sifat ini perlu dimiliki penguasa sebab dalam politik di era demokrasi ini terdapat banyak perangkap-perangkap dan ancaman-ancaman dari lawan-lawan politik. Sifat binatang ini hanya dipakai apabila terdapat ancaman bagi kelangsungan kekuasaan, diluar kondisi itu, penguasa sepatutnya kembali bersifat manusia. Untuk menghindari datangnya perangkap dan ancaman, dapat diantisipasi dengan beberapa cara, misalnya, tidak menambah kekuasaan seseorang (bawahan) yang sudah kuat, tidak memasukkan orang yang terlalu kuat ke dalam jajaran kabinet, kalau seandainya ada seseorang yang menjadi terlalu kuat di dalam kabinet sehingga berpotensi melampaui kekuasaannya, sebaiknya diberhentikan.
Pemikiran Machiavelli lainnya yang masih layak dipakai dalam praktek negara demokrasi adalah berupa nasehat-nasehat. Tentang hubungannya dengan militer, Machiavelli mengatakan bahwa seorang penguasa ideal ialah seorang penguasa yang harus sanggup menjadi panglima militer yang cakap dan trampil serta yang benar-benar dapat mengendalikan angkatan perang dengan baik. Penguasa dalam negara demokrasi adalah juga seorang panglima tertinggi dalam angkatan perang, maka penguasa harus bisa menunjukkan perannya dan bisa mengendalikan militer sebaik-baiknya. Selain itu, penguasa yang kuat adalah mereka yang mempunyai pasukan yang besar atau bisa menghimpun angkatan perang yang mampu menghadapi setiap ancaman kedaulatan negara.
7.
Maoisme atau Pemikiran Mao Zedong (Sederhana: 毛泽东思想; Pinyin: Máo Zédōng
Sīxiǎng), adalah varian dari Marxisme-Leninismeberasal
dari ajaran-ajaran pemimpin komunis Tiongkok Mao Zedong (Wade-Giles Romanization:
"Mao Tse-tung").
Perlu dicatat bahwa istilah Pemikiran Mao Zedong lebih disukai oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) dan bahwa istilah Maoisme tidak pernah dipergunakan
dalam terbitan-terbitan bahasa Inggrisnya kecuali dalam penggunaan peyoratif. Demikian pula,
kelompok-kelompok Maois di luar Cina biasanya menyebut diri mereka Marxis-Leninis dan bukan Maois. Ini
mencerminkan pandangan Mao bahwa ia tidak mengubah, melainkan hanya
mengembangkan Marxisme-Leninisme.
Namun, beberapa kelompok Maois, percaya bahwa teori-teori Mao telah memberikan
tambahan berarti kepada dasar-dasar kanon Marxis, dan karena itu
menyebut diri mereka "Marxis-Leninis-Maois" (MLM) atau
"Maois" saja.
Di RRT, pemikiran Mao Zedong adalah bagian dari doktrin
resmi Partai Komunis Tiongkok, namun sejak 1978, permulaan pembaruan Deng Xiaoping yang berorientasi ekonomi pasar, dengan konsep tampilnya ke
barisan depan "sosialisme dengan ciri khas Cina"
dalam politik, diberlakukanlah pembaruan ekonomi Cina, dan definisi resmi
serta pernaan ideologi asli Mao di RRT secara
radikal telah diubah dan dikurangi (lihat Sejarah Cina). Di luar
RRT, istilah Maoisme digunakan sejak 1960-an, biasanya dalam
pengertian yang negatif, untuk menggambarkan partai-partai atau orang-orang
yang mendukung Mao Zedong dan bentuk komunismenya. Sejak
kematian Mao dan pembaruan oleh Deng, kebanyakan partai yang secara tegas
menyebut dirinya "Maois" telah lenyap, namun berbagai kelompok
komunis di seluruh dunia, khususnya yang bersenjata seperti Partai Komunis India (Maois), Partai Komunis Nepal (Maois) dan Tentara Rakyat Baru diFilipina, terus memajukan
gagasan-gagasan Maois dan memperoleh perhatian pers karenanya.
Kelompok-kelompok ini biasanya berpendapat bahwa gagasan-gagasan Mao telah
dikhianati sebelum sempat sepenuhnya atau dengan semestinya diterapkan.
Maoisme dan turunannya dengan kuat mendukung Uni Soviet dari era pra-Nikita Khruschev dan menganggap
perkembangan dari Bahasa Rahasia telah memulai "revisionisme" dan "imperialisme-sosial" negara itu. Biasanya
orang menganggap bahwa kaum Maois mengambil garis politik yang anti-revisionis dan yang umumnya lebih militan daripada "ko-eksistensi damai" yang diajukan oleh
Soviet dan para pengikutnya setelah 1956. Biasanya kebanyakan Maois menganggap Joseph Stalin sebagai pemimpin sosialis
sejati terakhir dari Uni Soviet.
8.
F.
WINSLOW TAYLOR
Dasar dari
penelitian F. Winslow Taylor yaitu lebih menekankan padapentingnya akan waktu.
Seperti dijelaskan dibawah ini, tekanan dari pendapat F. Winslow Taylor adalah
sebagai berikut :
a. Efisien
waktu/penelaahan waktu. Unsur ini dipergunakan untuk menetapkan secara tepat
berapa banyak waktu yang diperlukan oleh setiap orang di dalam setiap aspek
kerjanya.
b. Penggunaan
bagian perencanaan untuk menjelaskan bagaimana pekerjaan harus dikerjakan dan
serangkaian pengawasan fungsional untuk memberi pengarahan pada pekerja agar
bekerja menurut metode yang tepat.
Berdasarkan pendapat
dari F. Winslow Taylor mulai dikenal dengan prinsip-prinsp manajemen ilmiah.
Taylor mengusulkan 3 (tiga) hal sebagai tujuan gerakannya yaitu :
a. Amerika
Serikat telah dirugikan banyak sekali akibat karena tidak adanya efisiensi di
hampir setiap usaha pada tiap harinya.
b. Mencoba
meyakinkan kepada masyarakat Amerika Serikat bahwa pengobatannya terletak pada
manajemen yang sistematis bukan pada usaha mencari orang-orang yang istimewa.
c. Untuk
membuktikan bahwa manajemen yang baik adalah suatu ilmu yang tepat yang
berdasarkan pada hukum-hukum yang jelas, aturan-aturan dan prinsip-prinsip.
Kesimpulan
pemdapat F.W. Taylor bahwa perilaku manusia merupakan salah satu komponen
dalam suatu mesin produksi yang besar. Hanya kepada mereka yang dapat bekerja
seperti mesin yang akan mendapat tempat di dalam sistem produksinya.
Komentar
Posting Komentar